Monday, December 2, 2024
spot_img

Tepatkah Menutupi Perilaku KDRT? Ini Kata Psikolog di Pontianak

Hi!Pontianak – Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) seringkali terjadi tanpa terungkap. Sebagian korban KDRT cenderung malu untuk mengungkap kekerasan yang telah dialami kepada lain pihak seperti keluarga atau kerabat dekat. Akibatnya, kekerasan oleh pelaku KDRT akan terus terjadi. Sementara korban akan semakin tertekan, tanpa dukungan dan bantuan.

Lantas, tepatkah perilaku menutupi KDRT?

Psikolog di Pontianak, Veny Mulyani mengatakan, tindakan menutupi perilaku KDRT bukanlah suatu hal yang dibenarkan. Ia menjelaskan, saat ini masih banyak masyarakat yang menganggap KDRT sebagai sebuah aib yang harus ditutupi.

“Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab diamnya korban KDRT, salah satunya karena malu dan menganggap KDRT adalah ranah keluarga. Namun di sisi lain, diam dan menutupi justru hanya akan memperburuk kondisi korban sendiri,” kata Veny kepada Hi!Pontianak, Rabu 22 Juni 2022

“Saat mendapat perlakukan kasar secara fisik hingga menyebabkan luka, justru akan semakin parah jika ditutupi atau kekerasan psikis yang dapat menyebabkan korban trauma, cemas, bahkan depresi. Itu akan memperparah korban,” timpalnya.

Padahal, lanjut Veny, akan lebih baik saat terjadi kekerasan fisik, korban KDRT ada di dalam lingkungan support system yang dapat membantu dia. Caranya adalah dengan tidak menutupi kekerasan yang diterima, agar korban dapat dibantu oleh lingkungan terdekat atau bahkan psikolog.

“Jika suami tidak bisa diajak bekerja sama untuk mencari jalan keluar saat ada masalah maka istri dapat mencari bantuan. Biasanya kebanyakan dari mereka enggak berani jika langsung lapor secara hukum. Karena itu istri harus cari bantuan, baik melalui orang-orang tertentu atau lembaga yang concern pada masalah kekerasan seperti ini,” jelasnya.

Veny juga meminta korban KDRT untuk dapat berani melaporkan pelaku ke Komnas Perempuan (jika korban wanita) atau Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) terdekat.

“Untuk korban kekerasan rumah tangga yang mencoba menutupi tindakan itu coba merefleksikan diri dengan mengajukan pertanyaan, seperti ‘Apakah saya layak mendapat perlakuan KDRT dari pasangan? Dan apakah saya bahagia ketika mendapatkan kekerasan seperti ini?’,” pungkasnya.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -spot_img

Most Popular