Hi!Pontianak – Juan Arminandi, seniman, musisi, dan pembuat alat musik baru asal Kalbar, tampil memukau di panggung Pestapora, pada Jumat, 23 September 2022. Ini merupakan penampilan kelimanya di atas panggung pada tahun ini.
Tampil di panggung Pestapora menjadi pengalaman yang seru dan menjadi ruang ‘Tumpang Salok’ bagi Juan. Di panggung Pestapora, Juan memainkan alat musik MU74N (dibaca mutan), alat musik yang ia buat sendiri sebagai bentuk sejarah untuk merekam kejadian kabut asap dan kebakaran hutan di Kalimantan. Ia juga membawa alat musik Kadedek atau Keledi yang merupakan alat musik kuno di Kalimantan dan musik elektronik.
“Pestapora panggung kelima saya tahun ini, dan bagi saya ini seru. Ini bukan hanya konser biasa, tapi ini juga menjadi ruang ‘Tumpah Salok’ kata urang Sambas,” ujar Juan kepada Hi!Pontianak, Senin, 26 September 2023.
Ia membawakan 5 karya dalam solo albumnya, “TRANSISICK 2021”. Album ini menceritakan perubahan kebiasaan hidup yang Juan rasakan saat pandemi dan New Normal. Ia membukan penampilannya dengan musik Mawal. Dilanjutkan dengan Bejalai, Xtotonk, dan Ulu serta ditutup alunan Kampong.
Juan merintis kariernya di bidang musik sejak tahun 2006 hingga saat ini. Ia suka mendengar suara atau bunyi-bunyi baru, suka membuat musik dan suka memainkan alat musik tradisional Kalimantan. Karya yang diciptakannya kebanyakan berhubungan dengan manusia, sosial, politik, lingkungan, teknologi, mitologi, dan internet.
“Saya bekerja di bidang musik, memberikan berkah apa yang saya kerjakan sejak 2006 sampai sekarang. Saya suka mendengar suara atau bunyi yang baru, apa pun itu,” ucapnya.
“Saya suka membuat musik dan saya suka main alat musik tradisional kalimantan. Saya merekam perubahan tersebut dalam karya membuat instrumen baru, solo album, dan SoundArt,” sambungnya.
Karya yang ia ciptakan dari ide, gagasan, dan musiknya didengar oleh audiens nasional hingga internasional. Namun, ia jarang tampil di Pontianak.
“Alhamdulillah, ide gagasan dan musik saya di dengar beberapa audiens nasional dan internasional. Maaf jika saya jarang konser di Pontianak, mungkin saat itu saya sedang riset atau ke kampung pedalaman, atau konser di luar Kalimantan,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, penggemar musik experimental dalam beberapa tahun ini sudah banyak menunjukkan dirinya untuk memanjakan tubuh, mata dan telinga mereka. Apalagi, di kota seperti Jakarta, Berlin, Amsterdam, dan kota lainnya.
“Nah, penggemar musik experimental dalam beberapa tahun ini sudah banyak menunjukkan dirinya untuk memanjakan tubuh, mata dan telinga mereka. Apalagi, di kota super mega metropolitan seperti Jakarta, Berlin, Amsterdam dan lain-lain. Hal ini saya rasakan 2 tahun lalu saat Solo Tour konser Eropa dan Indonesia,” tuturnya.
Penampilannya di festival Musik Pestapora menjadi ajang bagi penggemar musik experimental di Indonesia untuk mendengarkan alunan musik yang dibawakan oleh seniman sekaligus musisi Indonesia. (Siti Annisa Aini)