Hi!Pontianak – Ratusan masyarakat Tionghoa di Pontianak merayakan Hari Bakcang dan tradisi Mandi Peh Cun di Sungai Kapuas, pada Jumat, 3 Juni 2022.
Perayaan yang diadakan setiap tanggal 5 bulan 5 kalender lunar ini merupakan tradisi yang tidak pernah terpisahkan dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa. Tradisi ini untuk mengenang dan menghormati panglima Tiongkok Chiu Yuan yang sudah berkorban demi masyarakat Tiongkok.
Dalam memperingati perayaan tersebut, di Pontianak ada dua tradisi yang dilaksanakan oleh warga Tionghoa, yakni mandi di tengah hari atau yang disebut dengan mandi ‘Peh Cun’ dan makan bakcang bersama keluarga.Tradisi mandi selalu dilaksanakan pada siang hari, sekitar pukul 11 hingga 12.00 siang. Mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa, membaur dan berkumpul di sekitar Sungai Kapuas untuk meramaikan perayaan tersebut.
Di antaranya ada membawa ember, botol berisikan air, dan kantong plastik berisi air yang digunakan untuk perang air. Bagi masyarakat Tionghoa di Pontianak, tradisi mandi Peh Cun dimaknai sebagai pembawa berkah untuk membuang sial atau segala tabiat yang tidak baik.
Tidak hanya itu, dalam hal kesehatan, air tersebut diyakini dapat menyembuhkan segala penyakit. Air yang diambil pada tanggal 5 bulan 5 Imlek di sungai yang mengalir dianggap mengandung berkat dan dapat dijadikan sebagai obat. Air tersebut juga dapat disimpan jika sewaktu-waktu diperlukan, maka tak heran ada sebagian masyarakat Tionghoa yang mengambil sedikit air Sungai Kapuas untuk dibawa pulang.
Selanjutnya, sambil menjalani tradisi mandi tersebut, masyarakat Tionghoa juga menikmati bakcang dan kicang. Bakcang adalah kue beras ketan yang berisikan cincangan daging, atau jamur, yang dibungkus dengan daun pisang.
Menurut legenda, bakcang dibuat karena simpati rakyat kepada Qu Yuan yang bunuh diri dengan cara melompat ke sungai Miluo. Saat itu masyarakat melemparkan bakcang ke sungai dengan maksud agar binatang air tidak memakan jasad Qu Yuan dan beralih menyantap bakcang yang dilemparkan.
Ketua Panitia Perayaan Hari Bakcang, Adi Sucipto, berharap melalui perayaan ini, para generasi muda, khususnya kalangan Tionghoa, tetap ingat tradisi budaya leluhur. Apalagi melihat perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat mempengaruhi kehidupan adat dan tradisi yang sudah turun-temurun sehingga sedikit demi sedikit mulai dilupakan.
“Generasi muda sekarang ini hanya tahu setiap perayaan Hari Bakcang identik dengan memakan bakcang tanpa tahu latar belakang di balik perayaan bakcang,” ucapnya.