Hi!Pontianak – Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat, Hary Agung, mengungkapkan, satu anak asal Singkawang menjadi suspek gangguan gagal ginjal akut pertama di Kalbar, pada Kamis, 27 Oktober 2022.
Anak tersebut sebelumnya dirawat di RS swasta di Singkawang. Karena tak ada perubahan anak tersebut langsung dirujuk ke RSUD Soedarso Pontianak.
Sebelum dibawa ke rumah sakit, anak perempuan berusia 8 tahun itu mengalami demam, dan dirawat secara mandiri di rumahnya. Hary mengatakan, pihaknya sudah mengumpulkan obat-obatan yang digunakan anak tersebut, saat dirawat di rumah secara mandiri.
“Ada obat sirop yang digunakan. Obat-obatan sirop yang digunakan, dan ini sedang dipastikan, apakah obat-obatan itu masuk kelompok 4 (golongan ED dan DG) itu. Akan dipastikan, apakah dia mengkonsumsi salah satu obat itu. Ini masih dalam proses, karena ini obat-obat yang digunakan sebelum masuk RS itu. Yang jelas ada obat sirop yang dia minum,” kata Hary, Kamis, 26 Oktober 2022.
Baca Juga
Suspek Ginjal Akut Pertama di Kalbar, Anak Usia 8 Tahun Asal Singkawang
Update Kasus Gangguan Ginjal Akut di RI: 157 Anak Meninggal Dunia
“Kami laporkan ada dugaan kasus yang disebut dengan gangguan ginjal akut. Tapi ini masih dugaan, karena kita belum menegakkan diagnosa akhir, pada pasien perempuan 8 tahun, dari Kota Singkawang. Pasien tersebut masuk ke RSUD Soedarso pada 25 Oktober 2022, rujukan dari RS swasta di Singkawang,” papar Hary.
Saat ini, pasien tersebut masih dilakukan perawatan intensif. Hary memaparkan, sebelumnya anak ini mengalami sakit demam, dan melakukan pengobatan mandiri, namun tak kunjung sembuh hingga anak tersebut menimbulkan gejala-gejala seperti gangguan ginjal akut.
“Riwayat terakhir ada keluhan demam, mual, muntah akut, lemah, nyeri bagian perut dan ada penurunan kesadaran dan berkurangnya frekuensi jumlah air kencingnya. Diagnosa sementara ini gagal ginjal akut tapi kita belum menegakkan gagal ginjal reguler biasa atau gagal ginjal akut,” terangnya.
Tim Dinkes kata Hary, dan tim penyelidikan epidemiologi, segera melakukan survelent dengan mengumupulkan data-data dari orang tua pasien, dan data perkembangan pasien selama dirawat di RSUD Soedarso. “Kita juga bekerja sama dengan teman-teman di Singkawang, untuk mendapatkan data-data tambahan, untuk penegakan diagnosa,” ungkapnya.